Menikmati dan Menyajikannya Kembali
Memunculkan ide adalah hal yang mudah. Bisa lahir dari renungan, layaknya seorang filsuf yang menopang dagu dengan tangan. Atau bisa lahir dari tempat yang paling kotor seperti kakus saat kau mengeluarkan tai dari anusmu. Atau sesederhana saat menyesap kopi sambil mengudut.
Mengungkapkan ide juga masih terbilang mudah. Meski ada seninya. Dan kupikir kalian akan setuju kalau tak semua ide bisa tersampaikan dengan baik.
Namun sampai di sini masih terbilang mudah. Sampai kau dihadapkan dengan konsistensi. Tahap lebih jauh dari sekedar melakukan. Karena bukan hanya soal kebulatan tekat, tapi juga soal memelihara semangat. Selalu mencari cara menghangatkan lagi tai ayam yang kita tahu akan dingin seiring waktu berjalan.
|
Kita
semua gagal, kata Hindia. Namun kita tidak gagal
dalam semua hal. Aku pernah berhasil di beberapa hal. Namun soal konsistensi,
aku selalu gagal. Baik itu tentang aku sendiri maupun yang melibatkan orang
lain. Tinggal soal waktu saja. Semua yang dimulai dengan berapi-api, selalu
kuakhiri seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Seperti saat aku berjanji pada diriku
sendiri saat aku mulai membuat blog dan menulis rutin. “Aku akan menulis setiap hari,” ucapku dalam hati pada diriku
sendiri. Kalau tak salah, sempat kutulis dalam notes laptopku. Itu terjadi ketika aku baru beberapa minggu
menyandang status mahasiswa. Dulu, semua terasa sangat keren dan menyenangkan.
Melihat pembaca tulisanku bertambah setiap harinya. Apalagi mulai ada
komentar-komentar yang kuanggap sebagai apresiasi. Sungguh menjadi bahan bakar
semangatku untuk terus menulis.
Namun aku lupa persisnya seberapa lama
aku mempertahankan janji itu. Mungkin hanya satu dua minggu. Setelahnya
berkurang sedikit demi sedikit, menjadi dua hari satu tulisan, tiga hari satu
tulisan, satu tulisan semiggu. Sampai tidak pernah ada lagi tulisan baru dalam
blog itu.
Sekedar memberikan informasi agar kalian
mendapatkan gambaran jelas tentang garis waktunya, aku menulis ini saat aku di
semester akhir kuliah sambil menunggu revisian skripsi dari meja dosenku.
Sama halnya ketika aku berjanji akan
membaca minimal seratus halaman buku sehari untuk memberi makan kepalaku.
Kalian tahulah apa yang terjadi. Persis seperti cerita di atas. Namun janji ini
bertahan lebih lama. Lebih konsisten dari janji-janji lain.
Semua janji-janji pada diriku sendiri itu
tercetus saat aku masih mahasiswa polos yang hanya berkutat pada persoalan
kuliah. Pangka dari inkonsistensi itu dimulai saat aku menceburkan diri dalam
organisasi.
Terkesan terlalu egois dan nampak tak mau
disalahkan saat aku menjadikan kesibukan berorganisasi sebagai musababnya. Mungkin
kata klise seperti tak bisa mengatur waktu dan tenaga adalah persoalan
utamanya.
Buatlah paragraf ini sebagai garis
imajiner yang membatasi antara latar belakang dan inti cerita yang ingin
kutuliskan.
Temanku baru mulai menulis di blog. Ia
bertanya beberapa hal denganku terkait itu. Keterbatasan ilmuku terkait blog
ternyata bermanfaat.
Kami adalah orang yang dipertemukan dalam
organisasi di bidang jurnalistik. Selama di sana, tulisannya jarang
dipublikasi. Tapi bukan tak pernah ia menghujamkan jari-jarinya di susunan
huruf-huruf laptopnya. Merangkai kata demi kata. Baru belakangan aku tahu kalau
dia mulai menggarap blog.
Hal itu membuatku kembali melihat blogku
yang sudah lama tak kuoperasikan. Ternyata sudah hampir 300 ribu pembaca.
Jumlah yang banyak untuk sebuah proyek tak konsisten. Namun tulisan-tulisan di
dalamnya memang ringan dan dicari. Sehingga memperoleh banyak peminat.
Namun tulisan-tulisan itu bukanlah
menggambarkan aku sekarang. Sudah banyak yang berubah. Utamanya soal tema dan
gaya. Takan ada lagi tulisan seperti 1-10 dalam berbagai bahasa. Atau sejarah
hari valentine. Mungkin yang memperhatikan tulisanku dulu, akan menyaksikan
perbedaannya setelah ini.
Semua tulisan setelah ini tentunya dengan
tema yang tidak marketable seperti
dulu. Namun hanya seperti tai. Hasil dari pengamatanku terhadap lingkunganku.
Atau tafsirku dari sebuah buku atau film. Juga sesederhana ocehanku karena aku
baru saja mengalami sesuatu.
Aku hanya ingin menikmati kembali
kenikmatan yang telah lama kutinggalkan. Aku takkan menjanjikan konsistensi.
Namun aku berusaha sesering mungkin meng-update
tulisan di situ. Tentu tak semua tulisan baru. Akan ada tulisan-tulisan lamaku.
Baik yang sudah terbit maupun belum. Kebanyakan tulisanku saat aku menjadi
pemred di media online sebuah organisasi mahasiswa di bidang jurnalistik. Namun
aku akan memberikan tambahan keterangan di bawahnya kalau itu tulisan lama.
Jika perlu sedikit penggubahan untuk menyesuaikan waktu, akan kulakukan. Atau
jika itu adalah penggambaran kondisi waktu itu, hanya akan kuedit seperlunya.
Aku ingin menemukan pembaca setiaku.
Mungkin sekarang belum. Jumlah pembaca sedemikian, mungkin hanya orang-orang
yang memang berniat mencari informasi. Karena aku sadar, tulisanku tak punya
karakter sebelum ini. Dan semua tulisanku dulu memang saat aku belum
menemukannya.
Setelah ini (hanya setelah tulisan ini),
jika kalian menemukan kenikmatan membaca tulisanku, silakan hubungi aku.
Silakan cari cara untuk itu. Biar aku tahu kalian bersedia sedikit mengorbankan
tenaga dan pikiran untuk mengapresiasi tulisanku.
Post a Comment