Perang Teluk I
Ketegangan
hubungan Irak dan Iran mulai meningkat ketika Irak pada tahun 1975 melanggar
perjanjian perbatasan dengan Iran. Pejabat Irak mengatakan bahwa Iran menyerang
instalasi ekonomi Irak di Sungai Shatt al- Arab. Laporan lain mengatakan bahwa
Iran menyerang dan menembak cadangan minyak Irak di wilayah Basra, selatan
Irak, dan kemudian membakarnya.
Bagian
selatan Sungai Shatt al-Arab ini merupakan bagian dari perbatasan kedua negara,
menuju teluk dan menjadi jalur pasokan utama minyak menuju Barat. Perbatasan
ini pun tidak hanya menjadi pemicu peperangan. Di samping juga ada kekhawatiran
pemimpin Irak nomor satu, yaitu Saddam Hussein, atas perlawanan Syiah yang
dibawa Imam Khomeini dalam revolusi Iran.
Perang
terbuka akhirnya meletus pada tanggal 22 September 1980. Sebelumnya selama tiga
minggu telah terjadi pertempuran di perbatasan kedua negara. Irak mengebom
pesawat-pesawat Iran dan pangkalan logistik Iran termasuk Bandara Internasional
Teheran.
Perang
ini memiliki kemiripan dengan perang dunia satu. Taktik yang digunakan seperti
pertahanan parit, pos-pos pertahanan senapan mesin, serangan dengan bayonet,
penggunaan kawat berduri, gelombang serangan manusia serta penggunaan senjata
kimia (seperti gas mustard) secara besar-besaran oleh tentara Irak untuk
membunuh pasukan Iran dan juga penduduk sipilnya, seperti yang dialami oleh
warga suku Kurdi di utara Irak.
Dalam
perang tersebut dipercaya lebih dari satu juta tentara warga sipil Irak dan
Iran tewas, dan lebih banyak lagi korban yang terluka dari kedua belah pihak
selama pertempuran berlangsung.
Walaupun
Irak tidak mengeluarkan pernyataan perang, tentaranya gagal dalam misi mereka
di Iran dan akhirnya serangan Irak dapat dipukul mundur oleh Iran. Selanjutnya
PBB meminta adanya gencatan senjata, namun pertempuran tetap berlanjut sampai
tanggal 20 Agustus 1988. Pertukaran tawanan terakhir antara kedua negara
terjadi pada tahun 2003. Perang ini telah mengubah wilayah dan situasi politik
global.
Perlawanan Yang Gigih
Perang
Irak dan Iran ( Perang Teluk versi 1 ) dimulai pada 22 september 1980 dengan
masuknya pasukan Irak ke wilayah Iran, dan menguasai daerah Qas E Shirin,
termasuk kota-kota kecil dan perbatasan seperti Sumar. Sermel, Zehabdan
menyerang kota pelabuhan Khorramshar juga kota pengilangan minyak terbesar di
dunia, Abadan. Sementara Angkatan Udara Irak menyerbu basis-basis
militer-militer dan lapangan-lapangan udara di Tabriz, Ahvaz, Sanandaz,
Kahermanshah, Dezhul, dan Teheran. Alasan penyerbuan Irak adalah untuk
membebaskan daerah Khuzistan yang kaya minyak, dimana mayoritasnya adalah suku
Arab, yang selama ini berada dibawah dominasi orang Persia yang rasialis.
Ada
yang mengatakan teori perang Irak ke Iran adalah sebuah Blitzkrieg ( Perang
Kilat ), artinya perang ini akan melumpuhkan bila berhasil seluruh alat militer
lawan sehingga tak mungkin bagi mereka mengadakan perlawanan atau serangan
balasan. Disamping itu sebuah kekagetan psikologis dikalangan penduduk dan
militer diciptakan. Mula-mula Iran memang terkaget, meskipun demikian mereka
sudah waspada, maka mereka mengadakan serangan balasan dengan menyerang
pelabuhan minyak Irak di Teluk Persia, Basra, dan sentral nuklir di dekat
Baghdad.
Dalam
perlawanan terhadap Irak, negara Iran selain menggunakan tentara, juga
melakukan sabotase, penghancuran moral, dan praktik yang digunakan Iran adalah
sebuah perang jangka panjang, tujuannya agar mereka dapat menggulingkan dari
dalam negeri Irak sendiri pemerintahan Saddam Husein. Sedangkan Irak
menggunakan kekuatan militer untuk mencoba mencekik ekonomi Iran sehingga rezim
Khomeini jatuh. Penyerangan Irak ke Iran memang telah dipilih atau telah
ditentukan karena situasi Iran pada waktu itu dalam keadaan :
1. Adanya
pertentangan dalam negeri Iran sedang hebat-hebatnya.
2. Tingkat
hidup rakyat merosot sehingga timbul tidak puas mereka pada rezim baru.
3. Pendapatan
minyak dan keuangan Iran turun sekali.
Sedangkan
ada beberapa hal yang menyebabkan ketidaksediaan Iran atas penyerbuan Irak,
yaitu :
1.
Tentara Iran sedang dalam pembersihan,
karena banyak perwira-perwira penting mereka yang dipecat, dihukum atau
ditahan.
2.
Tentara juga diperintahkan untuk
menghadapi Uni Soviet.
3.
Tentara juga diperintahkan ntuk menumpas
pemberontakan di Kurdistan.
Pembersihan
yang dilakukan secara besar-besaran dikalangan pemimpin mereka, menyebabkan
secara organisatoris tentara Iran rapuh. Disamping itu mereka kekurangan suku
cadangan akibat blokade ekonomi – militer yang dilakukan oleh Amerika dan
negara-negara sekutunya akibat aksi penyanderaan. Tetapi mereka mempunyai
keuntungan, yaitu mereka tahu untuk apa mereka berperang. Tapi untuk membela
negara dari pendudukan musuh, kehormatan dan kecintaan pada tanah air.
Pertahanan
Iran tidak hanya dilakukan oleh militer tapi dibantu oleh pasukan Pasdaran, yaitu
pengawal revolusi yang lahir bersamaan dengan revolusi Iran dan merupakan
kekuatan bersenjata. Anggotanya diambil dari sukarelawan yang sudah dewasa,
laki-laki maupun perempuan. Selain itu juga dibantu oleh rakyat yang membentuk
organisasi pertahanan sipil ( Bassif ), dewan-dewan desa dan kota ( Soura
Mahali ) yang mengatasi masalah-masalah sosial, dewan-dewan pabrik,
serikat-serikat buruh dan petani.
Sulitnya Penyelesaian
Perang Antar Kedua Negara
Korban
perang semakin banyak, dan sukar bagi Irak untuk terus mengirimkan pasukannya
ke daerah yang amat padat penduduknya, dan dipertahankan secara bersama antara
rakyat, militer, dan Pasdaran. Perang Irak – Iran, malah membangkitkan rasa
patriotisme dan nasionalisme Iran, sehingga pertentangan-pertentangan politik
antara mereka dikesampingkan dulu untuk memusatkan melawan Irak.
Pada
28 September 1980, Dewan PBB di New York bersidang untuk meminta agar kedua
negara menghentikan peperangan dan mengadakan perundingan. Namun semua tidak
diindahkan oleh keduanya karena pihak Iran tidak mau berunding sebelum Irak
mundur dari Iran. Malah Irak akan sanggup berperang melawan Iran bukan hanya
untuk tiga atau empat bulan saja, tetapi sampai kapan saja.
Mengapa Perang Ini Berkobar
Tidak
mudah untuk mencari sebab dari perang ini, tapi seandainya diambil hipotesa
maka biasanya sebuah perang disebabkan oleh masalah agama, nasionalisme dan
keinginan untuk hegemoni, ingin menjadi pemimpin dan lain sebagainya. Tapi
kalau alasan beda agama dalam perang ini tidak mungkin karena kedua negara ini
masing-masing mayoritas penduduknya beragama Islam. Salah satu alasan penyebab
perang ini adalah nafsu imperialisme. Tujuannya adalah untuk menguasai Teluk
Persia, yaitu daerah Shattle Al Arab yang mana merupakan sebuah muara besar dan
pertemuan antara sungai Tigris dan sungai Eufrat yang mengalir ke Teluk Persia
dimana terletak perbatasan negara Irak, Iran dan Kuwait. Dan daerah ini dimana
tanahnya banyak mengandung minyak.
Dalam
penyerangan Irak ke Iran telah diperhitungkan dengan cermat oleh pihak Irak
sehingga alasan penyerangannya adalah: Pertama,
Dimensi sejarah penyerbuan. Artinya bila menang negerinya akan dapat prestase
luar biasa dan boleh dianggap sebagai pemimpin dunia ketiga. Sebab apa yang
dilakukannya dianggap tepat. Kedua, adalah
sudah sejak lama rezim Syiah di Iran telah mengajak orang-orang Syiah di Irak
untuk berontak menumbangkannya sebab partai Baath dan Saddam Husein dianggapnya
anti-Islam di negeri yang dianggapnya mayoritas penduduknya Islam.
Irak dan Iran dengan Super Power
Pada
permulaan serangan Irak ke Iran, kedua negara super power telah menunjukkan
sikap netral. Seolah-olah mereka bermaksud membiarkan agar serangan Irak akan
dapat menghancurkan rezim Khomeini. Padahal apabila kedua super power ini mau menghentikan
konflik antara Irak dan Iran mereka akan dapat membuat ultimatum.
Sekilas
memang tampak kalau Uni Soviet mendapat untung dari perang Irak – Iran apabila
Iran yang menang. Sebab mereka punya hubungan dekat dengan Irak, lagipula bahwa
75% persenjataan angkatan perang Irak berasal dari Uni Soviet. Sedangkan bagi
Amerika Serikat, penyerbuan Irak ke Iran membuat mereka bahagia, karena perang
itu diperkirakan dapat membebaskan secepatnya warga negara mereka yang
disandera oleh Iran.
Pada
mulanya, penasehat-penasehat strategi Amerika menganggap bahwa Uni Sovietlah
yang akan dapat keuntungan yang paling besar dari perang itu. Kemudian Amerika
menyiapkan dua skenario ketika perang ini pecah, yang mana kedua-duanya
dianggap menguntungkan Uni Soviet, yaitu :
1. Bahwa
sebuah jalan keluar ditemukan, Irak – Iran berunding dibawah prakarsa Uni
Soviet maka disini pengaruh Uni Soviet akan naik.
2. Khomeini
tidak mau menyerah. Sedangkan perang berlangsung lama sekali hingga sedikit
demi sedikit negara Iran hancur, maka Irak menguasai wilyah-wilayah minyak Iran
dan Uni Soviet akan mendapatkan bagian pula.
Peredaan Ketegangan
Akhirnya
terwujudlah perdamaian gencatan senjata antara Irak – Iran pada 20 Agustus
1988, yang mana bahwa dua negara yang sudah lama menggempur satu sama
lain,selama delapan tahun, dan analisis sementara dianggap tidak mungkin dapat
berdamai.
Memang
ada sejumlah faktor yang memaksa Teheran dan Baghdad ke meja perundingan, yaitu:
a. Menipisnya
kemampuan ekonomi.
b. Menguatnya
arus moderasi.
c. Menurunnya
semangat bertempur, dan
d. Ketidakseimbangan
dukungan Internasional dimana negara Baghdad menikmati dukungan dari banyak
negara dan sebaliknya pula dengan Teheran.
Bagaimanapun,
terciptanya gencatan senjata antara Irak dan Iran mempunyai implikasi lebih
luas bagi terciptanya perdamaian dalam skala regional di kawasan ini. Dalam
arti positif implikasi itu berupa adanya kecenderungan normalisasi Iran dengan
negara-negara Arab sekutu Amerika, Kuwait, dan Bahrain misalnya perang delapan
tahun melawan Irak membawa akibat yang cukup serius begitu pula sebaliknya. Hal
ini khusus dalam perekonomian di negara Iran. Selain itu telah banyak menelan
korban, rumah banyak yang hancur dan kehilangan tempat tinggal.
Untuk
mengatasi masalah ekonomi dalam negeri pemerintahan Iran dibawah presiden
Rafsaniani telah mengambil langkah-langkah yaitu :
a. Menyusun
Repelita pertama yaitu menitikberatkan parekonstruksi bidang pembangunan,
pertanian, dan perindustrian.
b. Menggalakkan
perdagangan luar negeri dan meningkatkan pendapatan dan sektor pajak (Yusliani
Noor, 2014).
Sumber:
Iqbal,
Akhmad. 2010. Perang-Perang Paling
Berpengaruh di Dunia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
Noor,
Yusliani. 2014. Sejarah Timur Tengah
(Asia Barat Daya). Yogyakarta: Ombak.
infonya menambah wawasan sekali
ReplyDeletesemua berita liverpool