5 Kitab Kuno yang Mencatat Kehebatan Indonesia di Masa lampau
5 Kitab Kuno yang Mencatat Kehebatan Indonesia di Masa lampau
Macan Asia, itulah julukan Indonesia sebagai
negara besar ayng dahulu paling disegani di Asia. Kehabatan Indonesia
sudah tenar sejak zaman kerajaan kuno yang pernah ada di bumi nusantara.
Penemuan benda sejarah seperti candi, relief, patung kuno dan
sebagainya menjadi bukti hebatnya peradaban bangsa ini di masa lalu.
Bahkan, kehebatan itu tercatat dalam kitab-kitab yang menjadi karya
sastra hebat di masanya. Berikut kitab-kitab kuno yang memuat kehebatan
bangsa Indonesia di masa lalu seperti dikutip dari laman boombastis.com.
1. Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama adalah kitab yang ditulis oleh Mpu Prapanca.
Kitab ini menjadi sumber sejarah yang valid dan terpercaya lantaran
ditulis pada masa Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Sri
Rajasanagara (Hayam Wuruk) di tahun saka 1287 atau 1365 M. Bila
diartikan, Negarakertagama berarti negara dengan tradisi (agama) yang
suci.
Kitab Negarakertagama banyak menceritakan tentang kejayaan Kerajaan
Majapahit, silsilah raja-raja Majapahit, candi makam raja, keadaaan kota
raja, upacara Sradha, wilayah kerajaan Majapahit, maupun negara-negara
bawahan Majapahit.
Kitab ini pertama kali ditemukan di Istana Raja Lombok pada tahun
1894 oleh seorang peneliti bernama J.L.A Brandes. Ia menyelamatkan
kitab itu sebelum dibakar bersama seluruh buku di perpustakaan kerajaan.
Naskah ini merupakan naskah tunggal yang berhasil diselamatkan setelah
rampung ditulis pada tahun 1365.
Penemuan Negarakertagama yang di dalamnya berupa syair kuno Jawa
(kakawin) itu adalah bukti nyata jika di Indonesia pernah bercokol
kerajaan hebat dengan tradisinya yang tinggi macam Majapahit.
2. Kitab Sutasoma
Kitab Sutasoma merupakan sebuah kakawin atau syair Jawa kuno yang
digubah oleh Mpu Tantular pada zaman Kerajaan Majapahit di bawah
kepemimpinan Raja Hayam Wuruk. Kitab ini menceritakan perjalanan panjang
seorang pangeran dari Negeri Hastinapura bernama Sutasoma untuk
menemukan makna hidup sesungguhnya.
(foto: ruanasagita.blogspot.co.id)
Ketampanan Sutasoma konon dianggap setara dengan Arjuna putra Pandu.
Sang pangeran malah memilih hidup sebagai pertapa untuk mencapai
keutamaan hidup.
Semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika ternyata
diambil dari kitab yang ditulis pada abad ke-14 itu. Kakawin Sutasoma
berisi banyak pelajaran yang berharga. Di antaranya mengajarkan
toleransi beragama, yang di era modern saat ini sudah mulai luntur.
3. Serat Centhini
Serat Centhini atau Suluk Tambangraras merupakan karya sastra
terbesar dalam kasusastran Jawa baru yang membahas tradisi, ilmu
pengetahuan, dan banyak hal yang saat itu dikhawatirkan akan punah. Raja
Pakubuwana V lantas memiliki ide untuk menghimpun semua budaya dan
tradisi Jawa tersebut menjadi sebuah serat yang berisi tetembangan.
(foto: mmzrarebooks.blogspot.co.id)
Serat itu dikerjakan pada pertengahan abad ke-18 hingga awal abad 19.
Raja Pakubuwana ke-V dengan dibantu tiga orang pujangga istana kemudian
merangkum hal tadi agar tetap terjaga kelestariannya. Serat Centhini
saat ini telah dibuat versi modern dan dalam bentuk novel trilogi
sehingga dapat mudah dicerna.
4. Kitab Arjuna Wiwaha
Kitab Arjuna Wiwaha merupakan karya sastra kuno yang disusun pada
abad ke-11 masehi. Seorang mpu bernama Kanwa menulis kitab itu pada masa
pemerintahan Prabu Airlangga yang menguasai Jawa Timur sekitar tahun
1019-1042. Karya sastra ini menjadi bukti majunya peradaban manusia
zaman dahulu yang ternyata sudah mengenal baca tulis meski terbatas pada
kalangan tertentu saja.
(foto: wayangpustaka02.files.wordpress.com)
Kitab ini berisi syair mengenai perjuangan Arjuna, sebuah tokoh
pewayangan yang sangat hebat. Arjuna dikisahkan dalam kitab itu tengah
bertapa di Gunung Mahameru. Ia diuji dewa dengan dikirimnya tujuh
bidadari cantik.
Para bidadari itu disuruh menggoda Arjuna, namun ia sama sekali tak
menggubrisnya. Arjuna lalu disuruh melawan raksasa yang mengamuk di
khayangan. Setelah berhasil menaklukkan sang rakssa, Arjuna lantas
diperbolehkan mengawini tujuh bidadari tersebut tadi.
5. La Galigo
La Galigo ialah karya sastra terpanjang yang ada di dunia saat ini.
Ia memuat sekitar 6.000 halaman, 3.000 baris teks dan 12.000 manuskrip
folio. Panjangnya naskah itu membuat La Galigo begitu dikagumi dunia.
La Galigo dibuat sekitar abad ke-13 dan 15 masehi oleh bangsa Bugis
kuno. Adapun huruf yang digunakan dalam La Galigo masih menggunakan
huruf lontara kuno yang tak semua orang mampu membacanya.
(foto: lontaraproject.com)
Karya sastra ini berisi sajak tentang penciptaan manusia dan mitos
hebat yang masih diwarisi secara turun temurun. Konon, La Galigo
dipercaya sudah ada sebelum epik Mahabarata ditulis di India. Sebagian
besar manuskrip asli dari La Galigo berhasil diselamatkan dan tersimpan
rapi di Museum Leiden, Belanda
Knp masih disimpan di belanda ? Itu kan harta negara Indonesia... @5. La Galigo
ReplyDeleteKarena butuh biaya yang besar serta sumber daya yg ahli untuk merawat peninggalan sejarah. Beberapa sudah diserahkan kembali ke Indonesia.
ReplyDelete