Cerita Rakyat Sambas "Batu Betarup"
Dahulu kala di suatu desa
terpencil hiduplah sebuah keluarga
kecil. Keluarga ini sudah tidak lengkap, karena sang ayah sudah meninggal
beberapa tahun lalu. Dengan Meninggalnya sang ayah dengan otomatis keluarga ini
hidup miskin dan melarat yang hanya terdiri dari seorang ibu dengan seorang
anak. Sang ayah hanya bisa menemani anak
saat masih bayi dan setelah itu sang ayah sakit-sakitan dan akhirnya meninggal
dunia. Jadi sang ayah tidak bisa menemani sang anak tumbuh besar.
Keluarga kecil ini, yang
hanya terdiri ibu dan anak tanpa seorang ayah adalah keluarga yang sangat
miskin bahkan paling miskin di desa itu. Bahkan karena saking miskinnya
keluarga ini Orang sampai tidak mengganggap keberadaan keluarga kecil ini mereka dan mengucilkan mereka. Ibunya hanya
bekerja sebagai pencari kayu bakar untuk menghidupi keluarganya.
Suatu hari orang yang
paling kaya di kampung itumengadakan selamatan yang kita tahu kalau orang kaya
mengadakan selamatan, pasti seluruh warga kampung diundang. Setelah mendengar
cerita itu, si anak merasa ingin sekali pergi ke acara selamatan itu karena
seumur hidupnya dia tidak pernah pergi ke acara yang seperti itu.
”Aku tidak pernah pergi ke acara yang seperti itu” kata anak itu.
Lalu anak itu bertanya kepada ibunya ”Mak, apakah kita diundang oleh orang di acara itu?”
Lalu jawab ibunya ”Tak tahu ya, coba kamu bertanya ke orang di situ”
Lalu jawab si anak lagi ”Mana ada mak orang yang mau memberitahu kita. Aku kan bau”
”Oh, kalau begitu biar mak saja yang bertanya” kata ibunya.
Lalu anak itu bertanya kepada ibunya ”Mak, apakah kita diundang oleh orang di acara itu?”
Lalu jawab ibunya ”Tak tahu ya, coba kamu bertanya ke orang di situ”
Lalu jawab si anak lagi ”Mana ada mak orang yang mau memberitahu kita. Aku kan bau”
”Oh, kalau begitu biar mak saja yang bertanya” kata ibunya.
Pergilah ibunya itu.
Kemudian bertanyalah ibunya ke tetangga itu
”Eh, apakah aku diundang
di acara itu?”kata sang ibu,
”Tak tahu ya. Sepertinya tidak ada. Aku Cuma mengundang orang yang
namanya di sini” kata tetangga tadi itu.
Rasa kesal dan benci
ibunya menyeruak. Kemudian sadarlah dia bahwa mungkin dia adalah orang paling
miskin di kampungnya. Kemudian diberitahukannya kepada si anak bahwa
keluarganya tidak diundang oleh orang yang mengadakan acara itu. Akan tetapi si
anak ingin sekali seperti orang lain yang dapat makan enak.
Kemudian dia nekad bahwa dia harus pergi ke
acara itu.
”Mak...!” kata anak itu.”Aku harus pergi ke
acara itu apapun yang terjadi” kata anak itu lagi.
Tibalah hari acara
tersebut. Orang yang kaya tadi membuat tarub untuk acaranya tersebut. Tarub itu
adalah tempat orang terhormat berkumpul seperti kiai, kepala kampung, dan
sebagainya. Pakoknya orang kaya dan terhormat yang datang pada sebuah acara
yang memang sengaja dibuat oleh orang. Begitu acara dimulai, berdatangan orang
sekampung. Melihat orang sekampung pergi ke acara itu, si anak pun ikut pergi
juga. Berdandanlah si anak.
Ketika sampai di tarub,
si anak ditahan oleh si penjaga tarub.
”Ada apa kamu ke sini?
Kamu itu tidak diundang” kata penjaga tarub tadi.
Kemudian penjaga tarub mendorong tubuh anak
tersebut hingga jatuh. Merasa diperlakukan seperti itu, pulanglah si anak ke
rumahnya. Setibanya di rumah, dia pun langsung memberitahu kepada ibunya apa
yang di alaminya di acara tadi. Kemudian ibunya memerintahkan si anak agar anak
itu mengulangi untuk pergi kembali, pergilah si anaksi anak ke selamatan itu
lagi, dan ini untuk yang kedua kalinya.namun untuk kedua kalinya juga, anak
tersebut kembali di usir oleh sang penjaga tarub. Penjaga tarub tersebut
mendorong anak tersebut lagi. Kemudian si anak kembali ke rumah dan
memberitahukan kejadian tersebut kepada ibunya.
Sesampainya di rumah, ibu
kembali menyuruh anaknya untuk mandi sampai bersih ”Coba kamu pergi lagi dan
sebelum kamu pergi kamu harus mandi sampai bersih. Mungkin saja badanmu masih
bau sehingga orang tidak mau menerimamu hadir di acara tersebut”
Kemudian si anak tanpa
berpikir panjang menuruti perintah ibunya. Setelah mandi si anak langsung pergi
ke acara tersebut untuk ketiga kalinya. Akan tetapi, anak tersebut masih juga
didorong oleh si penjaga tarub tersebut. Dengan hati yang sedih si anak kembali
lagi ke rumahnya dan memberitahukan lagi apa yang dialaminya kepada si ibu.
Mendengar cerita anaknya, hati si ibu pun
menjadi geram terhadap perlakuan si penjaga tarub terhadap anaknya, maka
timbullah niat jahat si ibu.
”Oh, kalau begitu caranya orang dengan kami, kami juga bisa berbuat jahat dengan orang” kata si ibu.
”Kalau begitu, kamu dandani kucing kita ini dengan memakaikan baju kepadanya sehingga menjadi kucing yang benar-benar bagus. Kemudian kita bawa kucing tersebut ke acara orang kaya itu” kata si ibu.
Kemudian si anak dengan si ibu pergi ke acara tersebut sambil membawa kucing yang sudah didandani tadi.
”Oh, kalau begitu caranya orang dengan kami, kami juga bisa berbuat jahat dengan orang” kata si ibu.
”Kalau begitu, kamu dandani kucing kita ini dengan memakaikan baju kepadanya sehingga menjadi kucing yang benar-benar bagus. Kemudian kita bawa kucing tersebut ke acara orang kaya itu” kata si ibu.
Kemudian si anak dengan si ibu pergi ke acara tersebut sambil membawa kucing yang sudah didandani tadi.
Ketika telah sampai di
tarub, kucing yang sudah didandani seperti manusia tadi dilemparkan ke depan
orang-orang yang duduk ditarub. Karena lucunya sang anak dan ibu mendandani
kucing itu, semua orang yang duduk di tarub menjadi tertawa terbahak-bahak.
Kucing itu pun berlari-lari kebingungan tidak terarah. Orang mengira kalau
kucing tersebut sedang menari dan semakin besar ketawa orang yang ada di situ.
Saat orang di tarub sedang asik menertawakan kucing itu, tiba-tiba petir
menyambar orang di tarub tersebut. Dengan seketika tarub beserta semua orang
yang ada di tarub itu berubah menjadi batu.
Namun sang anak dan ibu
tidak kena sambaran petir itu dan tidak berubah menjadi batu, seperti
orang-orang yang ada di tarub. Irtu karena sang ibu dan anaknya bersembunyi di
balik batang bambu dekat tarub tersebut.
Batu tersebut terdapat di
kampung Daup, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas. Makanya hingga saat ini, jika
petir menyambar, orang di sekitar pasti akan menggesekkan batang bambu, menurut
mereka jika dua buah batang bambu sigesekkan dapat menangkal sambaran petir.
Post a Comment